Zakat Fitrah dengan Beras Bolehkan ?

Shiddiq Azis June 2, 2019

Tips Penyimpanan Beras

Apa itu Zakat ?

Sebagai seorang muslim, kita wajib menunaikan Rukun Iman dan Rukun Islam. Salah satu diantara Rukun Islam yang wajib kita tunaikan ialah Zakat. Menurut Bahasa, kata “zakat” berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Zakat berasal dari bentuk kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk beroleh berkah, membersihkan jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5). Ada beberapa Jenis Zakat, Zakat Maal, Zakat Perdagangan dan Zakat Fitrah. Di Artikel lebih fokus tentang Zakat Fitrah.

Siapa yang wajib Zakat ?

Hadist Dari Jafar

أَن رَسُوْلَ الله صلى الله عليه وسلم فَرَضَ زَكَاةَ اْلفِطْرِ عَلىَ اْلحُر وَاْلعَبْدِ وَالذكر وَاْلأُنْثَى مِمَنْ يَمُوْنُوْنَ

Sesungguhnya Rasulullah Saw. mewajibkan zakat fitri atas orang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan dari orang-orang yang mereka tanggung nafkahnya.
Hukum zakat adalah wajib bila mampu secara finansial dan telah mencapai batas minimal bayar zakat atau nisab. Jika seseorang memenuhi syarat berikut ini maka wajib hukumnya untuk mengeluarkan zakat:

1. Islam
2. Merdeka
3. Berakal dan baligh
4. Hartanya memenuhi nisab

Kapan tepatnya dilaksanakan Zakat Fitrah ?

عَنِ ابْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ.

Dari Ibnu ‘Umar, bahwa Rasulullah SAW memerintahkan (agar) zakat fithri itu dikeluarkan sebelum orang-orang pergi shalat (‘ied). (H.R. Jama’ah, kecuali ibnu majah; Nailu al-Authar, 4:206)

قَالَ ابْنُ التِّينِ : قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى صَلاَةِ الْعِيدِ ، وَبَعْدَ صَلاَةِ الْفَجْرِ . فتح الباري 5:145

Menurut Ibnu Tin, yakni sebelum orang-orang keluar untuk shalat ‘ied dan setelah shalat fajar. (Nailu al-Authar, 4:206).

دَلَّ حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ عَلَى أَنَّ الْمُرَادَ بِقَوْلِهِيَوْمَ الْفِطْرِأَيْ أَوَّلَهُ ، وَهُوَ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الصُّبْحِ إِلَى صَلاَةِ الْعِيدِ. . فتح الباري 5:145

Hadits Ibnu ‘Umar itu menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perkataan hari fithri ialah pada awal hari yaitu di antara shalat subuh dan shalat ‘ied. (Fathul al-Bahri, 3:297).

Dinyatakan dalam (kitab) al-Muhalla; “maka waktu mengeluarkan zakat fithri itu, setelah terbit fajar yang kedua (fajar shidiq) pada hari raya.” (al-muhalla, 6:  142)

Karena malam itu bukan tempat (masa) untuk berbuka puasa, yang jelas “FITHRU HAQIQI” (hakikat berbuka) itu adalah makan setelah terbit fajar. (Fathul al-Bari, 3: 291)

Dari Malik, bahwa beliau melihat para ahli ilmu menyukai mengeluarkan zakat fithri, manakala telah terbit fajar pada hari raya, sebelum mereka pergi ke lapangan. Menurut imam Malik, hal semacam itu leluasa (santai), insya Alloh jika dikeluarkan sebelum pergi ke lapang pada hari raya dan setelah pergi. (al-Muaththa, 1: 268)

Dengan Apa Membayar Zakat Fitrah ?

Apabila seseorang telah memenuhi tiga syarat wajib berzakat fitrah di atas, maka yang wajib ia keluarkan adalah 3,5 liter bahan makanan pokok masing-masing daerah. Dalil tersebut sebagaiman sabda Rasulullah dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim dari Ibni Umar radhiyallahu ‘anhuma:

“Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadhan kepada orang-orang, yaitu Sha’ (± 3½ liter) Kurma atau Sha’ (± 3½ liter) Gandum atas setiap orang yang merdeka atau hamba sahaya, laki-laki atau perempuan dari kaum muslimin”.

Dalam riwayat lain disebutkan, “Atau dengan satu sho’ keju.” (HR. Bukhari no. 1506 dan Muslim no. 985).

Abu Sa’id berkata, “Adapun saya terus menerus mengeluarkan zakat fithri seperti itu sebagaimana aku keluarkan di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat Abu Daud disebutkan, “Aku tidak mengeluarkan kecuali dengan ukuran satu sho’.” (HR. Abu Daud no. 1618).

Pertanyaan Selanjutnya Apakah Bisa Zakat Fitrah Menggunakan Beras ?

Dari 4 Mahzab Hanifi, Malik,  Syafii, Hambali hanya Hanafi lah yang membolehkan Zakat menggunakan uang.

Jika kamu ingin membayar zakat fitrah dengan beras merujuk ke Mahzab Syafi’i , Hambalu dan Hanafi bahwa

Mazhab Maliki
Mazhab Maliki adalah mazhab yang dibangun oleh: Malik bin Anas bin Abi ‘Amir Anshari. Imam Malik lahir di Madinah pada 95 H dan wafat pada 197 H. Masalah Zakat Fitrah, Mazhab Maliki berpendapat bahwa bahan pokok untuk zakat fitrah adalah gandum, syair, salat (sejenis syair), jagung, dakhon (jenis gandum), kurma, kismis, atau keju. Kalau tidak ada jenis bahan pokok di atas, maka yang wajib dikeluarkan adalah jenis bahan pokok dalam bentuk biji-bijian dan buah-buahan. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti dari makanan pokok atau jenis biji-bijian adalah 2,8 kg. Imam Malik tidak membenarkan menunaikan zakat fitrah dalam bentuk uang. Sebagaimana dalam kitab Al Mudawwanah, ia berkata, “Tidak mencukupi kriteria zakat fitrah dengan uang (harga)”.

Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i adalah mazhab yang dibangun oleh Muhamamad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi’i. Imam Syafi’i lahir di Palestina, pada 150 H dan wafat di Mesir pada 204 H. Menurut Mazhab Syafi’i, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah makanan pokok daerah setempat. Tidak boleh dikeluarkan yang bukan makanan pokok atau harga dari makanan pokok tersebut. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti dari makanan pokok atau jenis biji-bijian adalah 2,8 kg.Menurut Mazhab ini, zakat fitrah wajib dikeluarkan berupa qut (makanan pokok yang mengenyangkan), akan tetapi golongan yang bermazhab Syafi’i berbeda pendapat tentang qut yang digunakan dalam menunaikan zakat fitrah. Di antara mereka ada yang berpendapat qut yang digunakan adalah qut balat, yaitu makanan pokok yang dikonsumsi oleh suatu daerah, sekalipun muzakki (penunai zakat fitrah) tidak mengonsumsinya. Sebagian yang lain berpendapat qut yang digunakan adalah qut dirinya, yaitu makanan pokok yang ia konsumsi walaupun daerah tersebut mengonsumsi jenis makanan yang lain.

Mazhab Hambali
Mazhab Hambali didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hilal. Lahir di Baghdad pada 164 H dan wafat pada 241 H. Masalah Zakat Fitrah menurut Mazhab Hambali, zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah: gandum bur, gandum syair, kurma, kismis, dan keju. Kalau tidak ada jenis bahan pokok di atas, maka yang wajib dikeluarkan adalah jenis bahan pokok dalam bentuk biji-bijian dan buah-buahan. Mazhab ini berpendapat bahwa kadar zakat fitrah yang pasti dari makanan pokok atau jenis biji-bijian adalah 2,8 kg. Dalam Kitab Al Mughni, karya Imam Ibn Qudaamah al Hanbali (wafat pada 60 H), juz 2 halaman 671, “Barang siapa memberikan qimah (harga) maka tidak memenuhi unsur zakat”.

DIjelaskan pada Mahzab Syafi’i Mahzab Hambali, dan Mahzab Maliki bahwa beras bisa dikategorikan sebagai makanan pokok dan kategorinya adalah biji-bijian untuk daerah Indonesia yang mengenyangkan. Adapun untuk jenis berasnya yang di zakatkan pun tidak boleh sembarangan. Beras yang dibayarkan untuk zakat fitrah harus sama dengan beras yang kita makan sehari-hari. Tidak boleh lebih jelek kualitasnya, namun diperbolehkan untuk memberikan yang kualitasnya lebih baik.

Sumber

[1] Artikel : Pengertian Zakat Fitrah Oleh KH. Abd Nashir Fattah* Sumber https://www.nucare.id/berita/zis/fiqh-zakat-fitrah
[2] Artikel : Zakat Fitri Sumber https://www.persis.or.id/zakat-fitri
[3] Artikel : Zakat Fitrah dengan Beras (Bukan dengan Uang)
Sumber https://rumaysho.com/3519-zakat-fitrah-dengan-beras-bukan-dengan-uang.html
[4] Mewakilkan untuk Dibelikan Beras Saat Membayar Zakat Fitrah Oleh dr. Raehanul Bahraen
Sumber https://muslim.or.id/47059-mewakilkan-untuk-dibelikan-beras-membayar-zakat-fitrah.html
[5] Zakat Fitrah Menurut Kajian Empat Mazhab Sumber http://aceh.tribunnews.com/2017/06/20/zakat-fitrah-menurut-kajian-empat-mazhab?page=2